Monday, October 15

Ekonomi Eropa Rontok

Kini Eropa bernasib sama dengan Amerika Seriakt. Bukti rapuhnya ekonomi kapitalisme?
Ketika Amerika Serikat dilanda krisis, banyak kalangan tak menyangka. Sebagai pemilik ekonomi terbesar di dunia dengan nilai GDP sekitar 13,7 trilyun dolar AS, ternyata negeri Paman Sam itu sangat rapuh. Penyebab krisis ekonomi AS adalah penumpukan utang hingga 8,98 trilyun dolar AS, pengurangan pajak korporasi, pembengkakan biaya perang Irak dan Afghanistan.
Bahkan yang paling krusial adalah Subprime Mortgage yakni, kerugian surat berharga properti. Kondisi itu kemudian membuat bangkrut Lehman Brothers, Merryl Lynch, Goldman Sachs, Northern Rock,UBS, Mitsubishi UF, dan yang lainnya.
Setelah hampir tiga tahun AS dilanda gonjang-ganjing ekonomi, kini giliran Uni Eropa yang merasakan pahitnya krisis ekonomi. Meski saat krisis AS, imbasnya sempat dirasakan negara-negara di Eropa. Di Eropa ketakutan terhadap krisis utang dan defisit, pertama kali muncul di Yunani, kemudian menjalar ke Irlandia, Portugal dan Spanyol. Cekaman ketakutan itu telah menimbulkan krisis kepercayaan di negara Uni Eropa lainnya, terutama Jerman.
Sinyal krisis yang makin kencang itu membuat negara-negara di luar Eropa pun mulai bereaksi. Terlihat bagaimana bursa saham di Asia anjlok. Begitu juga yang terjadi di Indonesia, di Bursa Efek Jakarta, investor yang khawatir terhadap krisis keuangan Eropa melakukan aksi jual saham secara besar-besaran. Hal ini membuat Indeks Harga Saham melorot.
Mantan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memprediksi, krisis utang di Eropa akan menjadi ancaman ekonomi global, termasuk Indonesia pada tahun 2011. Krisis utang di sejumlah negara Eropa dikhawatirkan bisa menyebabkan krisis keuangan yang meluas.
Menurut Mulyani, negara seperti Portugal, Italia, Spanyol, Irlandia, dan Yunani berpotensi mengalami kondisi fiskal yang sangat berat. Apalagi rasio utang pemerintah jauh di atas tingkat maksimum yang disepakati yaitu 60 persen. Kondisi ini membuat jatuhnya kepercayaan kepada surat utang negara-negara tersebut dan menyeret perlemahan mata uang Euro.
“Ini menjadi ancaman dari sisi global akibat kebijakan fiskal yang sangat ekspansif dengan tingkat defisit anggaran yang sangat tinggi dan dalam waktu yang lama,” ujar Mulyani Indrawati.
Kehancuran Ekonomi Kapitalis
Krisis melanda AS dan Eropa menimbulkan berbagai prediksi bahwa kekuatan ekonomi mulai bergeser ke negara-negara Asia. Misalnya, laporan National Intelligence Council (NIC) berjudul ”Global Trends 2015” menyebutkan, krisis ekonomi AS tersebut menjadi sinyal pergeseran kekuatan yang sudah mulai terjadi. Pamor AS di bidang ekonomi dan militer kian memudar. Sebaliknya Asia akan menjadi sentra manufaktur dan sektor jasa lain.
Namun jika menelisik lebih jauh, maka krisis ekonomi yang menimpa negara-negara pengemban ideologi kapitalis menunjukkan sistem ekonomi kapitalis berada di tepi jurang yang dalam. Pertumbuhan ekonomi yang dikejar adalah pertumbuhan ekonomi semu. Azas ekonomi adalah pertambahan pendapatan nasional (national income). Artinya, sistem ekonomi kapitalisme memiliki satu tujuan yaitu meningkatkan kekayaan negara secara makro.
Lebih parahnya lagi, ketika menghadapi krisis upaya penyelamatan yang dilakukan tersebut ibarat ‘menjilat ludah sendiri’. Pemerintah AS dan Eropa yang semula menentang intervensi pemerintah dalam perekonomian, justru ramai-ramai melakukan intervensi.
Setidaknya ada tiga upaya penyelamatan. Pertama, menyuntikkan modal untuk menyehatkan kembali likuiditas bank dan lembaga keuangan. Kedua, negara mengintervensi pasar modal dengan membeli saham, obligasi dan surat berharga yang sebagian besar sudah kehilangan nilainya. Ketiga, menurunkan suku bunga agar kredit meningkat dan selanjutnya akan menggerakkan kegiatan usaha di sektor riil.
Aksi penyelamatan dan suntikan dana yang sangat besar itu, ternyata tak mampu menyelamatkan perekonomian negara-negara kapitalis. Upaya penyelamatan tak akan mampu memperbaiki keadaan, kecuali sekadar obat yang meringankan rasa sakit untuk sementara waktu.
Karena itu sudah waktunya sistem ekonomi alternatif yakni Islam diberlakukan. Berbeda dari sistem kapitalisme, sistem ekonomi Islam selalu menomorsatukan kebutuhan dan pemberdayaan masyarakat secara riil. Artinya dalam ekonomi Islam, bukan sekadar pertumbuhan ekonomi saja yang dikejar, tapi menfokuskan pada manusia dan pemenuhan kebutuhannya. Ijul’28
9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.

Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment

Advertisements