Thursday, February 10

Sektor Perkebunan Bali Raup Devisa 887.631 Dolar

Denpasar ( Berita ) :  Kopi dan vanili, dua komoditi hasil perkebunan Bali mampu meraup devisa sebesar 887.631 dolar AS selama 2010, turun 7,71 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 961.739 dolar.

“Perolehan devisa tersebut selama kurun waktu lima tahun terakhir turun rata-rata 9,95 persen,” kata Kabag Publikasi dan Dokumentasi pada Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali I Ketut Teneng di Denpasar, Rabu [09/02].
Ia mengatakan, ekspor hasil perkebunan Bali tahun 2006 mencapai 1,52 juta dolar, meningkat 18,35 persen menjadi 1,90 juta dolar AS pada tahun 2007, namun turun lagi 64,6 persen menjadi  640.664 dolar pada tahun 2008.
Mata dagangan kopi yang diproduksi secara ramah lingkungan itu mampu menembus pasaran ekspor dengan menghasilkan devisa sebesar  126,534 dolar selama 2010, turun 19, 58 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 157,937 dolar.
Ketut Teneng menjelaskan, mata dagangan vanili mampu menghasilkan 760.353 dolar selama 2010, juga menurun 5,47 persen dari tahun sebelumnya tercatat 804.341 dolar.
“Menurunnya perolehan nilai ekspor dari mata dangan kopi dan vanili erat kaitannya dengan persediaan mata dagangan yang sangat dipengaruhi faktor iklim, di samping sifat tanaman itu mengalami panen raya setiap dua tahun sekali,” ujar Ketut Teneng.
Kopi dalam bentuk biji beras maupun setelah diolah berhasil menembus pasaran Jepang, Perancis, dan beberapa negara di kawasan Eropa.
Bali mampu menghasilkan kopi sebanyak 13.800 ton dalam 2009 dan produksi itu diperkirakan menurun dalam 2010 akibat pengaruh musim hujan yang terjadi hampir sepanjang tahun.
Ketut Teneng menambahkan, Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Perkebunan setempat memprogramkan pengembangan tanaman kopi seluas 1.020 hektare dalam tahun 2011, dengan dukungan dana dari pemerintah pusat dan APBD Bali.

Pengembangan tanaman perkebunan bernilai ekonomis tinggi itu menjangkau lima kabupaten dari delapan kabupaten dan satu kota di daerah ini.
Pengembangan tanaman kopi tersebut memprioritaskan daerah resapan dengan harapan mampu memberikan fungsi ganda, selain nilai ekonomis juga berfungsi hidrologis, mengatur tata air dalam tanah serta mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor.
Tanaman kopi yang berfungsi sebagai penguatan daerah resapan hingga kini mencapai 2.124 hektare dari tanaman kopi seluruhnya  30.029 hektare terdiri atas kopi arabika 8.197 hektare dan kopi robusta 23.832 hektare.
Pengembangan tanaman kopi untuk penguatan daerah resapan juga dipadukan dengan tanaman kayu yang cepat besar untuk kepentingan bahan bangunan, sekaligus berfungsi hidrologis, ujar Ketut Teneng. (ant )
Sumber : http://beritasore.com/2011/02/09/sektor-perkebunan-bali-raup-devisa-887-631-dolar/

Artikel Terkait:

No comments:

Post a Comment

Advertisements